Kebudayaan atau Budaya berasal dari kata buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Secara umum budaya merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh bersama serta diwariskan dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya. Kebudayaan juga bisa dikaitkan dengan kebiasaan yang biasa dilakukan oleh seseorang maupun sebuah daerah. Maka dari itu, kebudayaan sangat erat kaitannya dengan masyarakat.
Di Indonesia sendiri, yang terdiri dari berbagai daerah yang beragam, juga memiliki beragam budaya yang berbeda-beda dan memiliki keunikan masing- masing disetiap daerah. Budaya yang berkembang disebuah daerah juga muncul karena kebiasaan atau habbit yang akan terus dilestarikan sampai sekarang. Ada banyak sekali bentuk-bentuk kebudayaan di Indonesia, beberapa contoh yang dapat saya jabarkan, yaitu : Upacara Adat, Tarian, Lagu atau Musik, dan lain sebagainya.
Liliweri (2002 : 8), kebudayaan merupakan pandangan hidup dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan nilai, dan simbol-simbol yang mereka terima tanpa sadar yang semuanya diwariskan melalui proses komunikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibagi menjadi 3, yaitu : Gagasan, Aktivitas, dan Artefak. Gagasan atau Wujud Ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, nilai-nilai, norma-norma, serta peraturan yang bersifat abstrak, dalam kata lain, Gagasan itu adalah sebuah unsur yang tidak dapat diraba atau disentuh. Aktivitas merupakan wujud kebudayaan yang merepresentasikan suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini juga sering disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas yang bersifat interaksi sesama manusia. Sifatnya Konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dapat diamati, dilihat, dan didokumentasikan. Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas dan perbuatan, Artefak bisa berupa sebuah karya manusia yang bisa diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Artefak memiliki sifat yang paling konkret.
Jika kita merujuk pada kata Generasi Milenial, yang terlintas dipikiran kita pertama kali adalah anak-anak generasi 2000-an yang segala sesuatunya sudah mulai dipermudah oleh segala penemuan yang telah berhasil ditemukan. Generasi milenial adalah masyarakat sosial yang adaptif dan aktif dalam perkembangan teknologi. Mereka cenderung suka memanfaatkan teknologi untuk mempermudah segala aktivitas, tak terkecuali aktivitas perbelanjaan. Baru-baru ini juga, ditetapkan sebagai era baru yaitu era Society 5.0 yang baru saja diresmikan 2 tahun lalu, yaitu pada 21 Januari 2019. Pada era ini dianggap akan memunculkan degradasi manusia. Yang artinya, pada era ini pembaharuan menempatkan manusia sebagai komponen utama didalamnya yang bersifat adaptif. Banyak sekali kaitan-kaitan antara era ini dengan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia. Contohnya pada Kebudayaan itu sendiri.
Kebudayaan Indonesia mencakup seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka. Di negara Indonesia yang memiliki ribuan pulau dan puluhan provinsi didalamnya, bukanlah penghalang untuk melakukan sebuah kebudayaan. 5 Warisan Budaya Indonesia yang mendunia yaitu Bambu Angklung, Seni Wayang, Gamelan, Batik, dan Tari Saman yang merupakan budaya asli di wilayah yang berbeda di seluruh Indonesia. Dari kebhinekaan ini, solidaritas masyarakat Indonesia terkadang goyah karena adanya sifat kompetitif. Selain kebudayaan- kebudayaan yang saya sebutkan tadi, ada sebuah kebudayaan yang muncul akibat kebiasaan masyarakatnya yang juga dilandasi sebuah solidaritas. Contoh dari budaya itu adalah tradisi Ngejot.
Ngejot merupakan istilah dalam Bahasa Bali yang berarti “memberi”. Sesuai artinya tersebut, tradisi ini dilakukan dengan memberikan makanan kepada tetangga sebagai rasa terima kasih ataupun tanda persaudaraan. Di kalangan umat Muslim, Ngejot sering disebut sebagai jalinan Silaturahim kepada sesama. Pertemuan umat Hindu-Islam ini juga terbentuk karena kebiasaan yang dipupuk berdasarkan Solidaritas sesama umat beragama. Terwujud dalam upaya mengantarkan makanan kepada sanak saudara yang sedang melaksanakan Upacara Keagamaan, seperti Galungan dan Idul Fitri.
Budaya ini secara tidak langsung juga dapat meningkatkan rasa Toleransi sesama umat beragama di Indonesia. Di sinilah tumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang menciptakan kerukunan dan keharmonisan. Selain Ngejot, ada sebuah aksi nyata bentuk Toleransi dan Solidaritas antar umat beragama di Bali, yaitu hubungan timbal balik yang sama sama menguntungkan antara Pecalang dan Umat Muslim. Ibadah wajib yang dilaksanakan setiap Hari Jumat di Masjid daerah Bali akan diatur dan dijaga oleh Pecalang desa adat setempat agar tetap kondusif dan berjalan dengan khusyuk, lancar, serta aman. Contoh timbal baliknya adalah saat perayaan hari raya Nyepi di Bali, umat Muslim yang berada di Bali akan membantu Pecalang desa setempat untuk berpatroli menjaga kedisiplinan umat yang merayakan tanpa mengurangi rasa toleransi.
Selain kebudayaan asli yang masih bersifat tradisional, adapula budaya yang sudah mengalami proses Akulturasi Budaya yang artinya proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Menurut sudut pandang saya sebagai Generasi milenial, Generasi ini cenderung lebih menyukai budaya Modern daripada mendalami atau mempelajari budaya tradisional. Tetapi, tidak sedikit juga anak- anak di generasi ini yang masih menyukai budaya tradisional.
Pengaruh Akulturasi Budaya ini dibagi menjadi dua, yaitu dampak positif dan negatif. Dampak positif dari adanya Akulturasi Budaya adalah adanya peluang untuk melestarikan budaya serta mengembangkan budaya, dan dari itu semua dapat dijadikan alasan terbukanya wawasan masyarakat menuju pengetahuan yang lebih luas dan lebih maju. Dampak negatif dari Akulturasi Budaya ini adalah kemungkinan besar akan mematikan kebudayaan asli. Ada banyak upaya untuk menyikapi Akulturasi Budaya ini.
Pada Era Modern saat ini kita sebagai generasi muda harus memiliki ide untuk membuat inovasi-inovasi baru yang membangun. Bentuk reaktualisasi yang sudah berhasil diterapkan oleh anak muda yaitu Bakti Sosial yang sudah dipadukan dengan unsur modernisasi yang memanfaatkan Media Sosial sebagai media publikasi untuk mengajak generasi muda lainnya untuk ikut serta dalam kegiatan ini.