Pulau Bali, dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, seni dan budaya yang kaya, dan keramahan penduduknya, menjadikannya sebagai destinasi pariwisata yang sangat terkenal di seluruh dunia. Selain pantai-pantai yang memikat, pemandangan alam yang luar biasa, dan pura-pura yang megah, Pulau Bali juga menjadi tempat kelahiran berbagai seni bela diri tradisional yang menarik. Salah satu di antaranya adalah Mepantigan, sebuah seni bela diri yang unik dan penuh makna.
Mepantigan merupakan seni bela diri yang berbeda dengan seni bela diri lain yang ada di Indonesia atau bahkan di dunia. Hal tersebut dilihat dari gerakannya yang mengutamakan kuncian dan bantingan, serta dipadukan dengan budaya tradisional Bali. Mepantigan diambil dari bahasa daerah dan kearifan lokal Bali, yaitu pantig yang artinya banting atau secara harfiah, Mepantigan dapat diartikan saling membanting.
Seni bela diri mepantigan ini dilakukan pada kubangan lumpur persawahan yang dahulu hanya dipentaskan sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan. Namun, seiring perkembangangannya, Mepantigan dijadikan aktivitas wisata dan hiburan.
Dari segi busana, untuk lebih menekankan ciri khas dan filosofi kehidupan Bali, Mepantigan menggunakan kain poleng atau Tridatu khas Bali yang diikat dan disimpul sedemikian rupa diatas pinggang. Busana dengan konsep Poleng dan Tri Datu ini merupakan busana pencak silat Bali Kuno. Menurut kepercayaan Hindu, warna poleng (hitam dan putih) bermakna keseimbangan alam, sedangkan Tri Datu (Hitam, Putih, Merah) merupakan simbol suci dari Tri Murti, Tri Pramana, dan Tri Kaya Parisudha yang menuntun umat Hindu dalam mencari jati dirinya, sehingga dapat meningkatkan kualitas dirinya menjadi lebih baik.
Pada sisi olahraga, permainan ini memadukan unsur bela diri seperti pencak silat, judo, dan karate dengan tari heroik khas Bali yaitu Tari Kecak dan Baris. Sepanjang permainan, musik Bali berupa Gamelan Baleganjur, Rindik, Kulkul dipergunakan sebagai musik pengiring yang berfungsi untuk menyemarakkan serta memberi semangat selama Mepantigan berlangsung.
Mepantigan bukan hanya seni bela diri, tetapi juga memiliki aspek budaya yang kuat. Ini sering diwariskan dari generasi ke generasi, dengan para pendahulu yang mengajarkan teknik-teknik ini kepada anak-anak mereka. Tradisi Mepantigan juga sering dipraktikkan dalam upacara adat, festival, dan acara-acara budaya lainnya di Bali. Hal ini membantu melestarikan warisan budaya Bali dan menciptakan rasa kebanggaan dalam masyarakat lokal.
Selain itu, Mepantigan juga semakin populer di kalangan wisatawan yang datang ke Bali. Banyak wisatawan yang sangat tertarik untuk mencoba seni bela diri Mepantigan ini hanya untuk mendapatkan pengalaman yang unik. Hal ini tentunya menjadi peluang untuk membantu mempromosikan tradisi ini ke dunia.