Desa Sidakarya pada zaman dahulu terbagi menjadi dua, yaitu Dauh Jlinjing dan Danging Jlinjing. Anak-anak di masing-masing daerah tersebut membuat seni tari joged dan janger sederhana. Dauh jlinjing membuat joged berisi tarian rangda, dan Dangin Jlinjing membuat janger berisi tarian barong. Bahan-bahan yang digunakan sebagai kostum juga sangat sederhana. Seiring perkembangan waktu dan zaman, kostum yang digunakan semakin dibuat lebih baik dan taksu (Kekuatan suci) mulai terpancar dari kedua tarian tersebut
Karena dirasa kedua seni tari tersebut memiliki taksu, akhirnya para tetua (penglingsir) adat turun untuk memperbaiki tarian tersebut. Hal ini dimulai dengan nunas (Memohon) kayu pole untuk pembuatan tapel (Topeng). Setelah selesai, langsung diupacarai sebagaimana mestinya, yang diikuti dengan proses mejaya-jaya. Seiring berjalannya waktu, akhirnya Dauh Jlinjing dan Dangin Jlinjing disatukan.
Setelah penyatuan tersebut, tarian ini kemudian dilengkapi dengan tapel telek dan jauk. Hingga kini, Pura Mutering Jagat Dalem Sidakarya memiliki tapel telek lengkap dengan kostumnya, dimana tidak boleh ditarikan oleh sembarang orang. Hanya orang yang telah disucikan atau nyungsung saja yang boleh menarikannya. Tarian ini ditarikan oleh empat penari laki-laki dan satu penari perempuan. Masing masing penari memiliki sebutannya masing-masing yaitu Ratu Mas Pemayu Jagat (Ratu dari Tari Telek sesuhunan), Ratu Mas Sekar Jepun, Ratu Mas Sekar Cempaka Kuning, Ratu Mas Sekar Cempaka Putih, dan Ratu Mas Sekar Tunjung.
Tari Telek sakral ini dipentaskan di Pura Mutering Jagat Dalem Sidakarya. Pementasannya bertepatan dengan upacara piodalan di pura tersebut, yang jatuh di Hari Tumpek Landep setiap 210 hari sekali. Pementasan Tari Telek biasanya berbarengan dengan Ida Sesuhunan yang berwujud barong dan rangda napak pertiwi (Menari atau mesolah). Selama pementasan, biasanya penari akan kesurupan atau kerauhan. Selain di Pura Mutering Jagat Dalem Sidakarta, Tari Telek juga dipentaskan di Pura Dalem Sudha Sidakarya pada rahinan Anggara Kasih, Wuku Medangsia.
Tari Telek di Pura Mutering Jagat Dalem Sidakarya mengandung filosofi yang menceritakan tentang Rwa Bhineda (Baik dan buruk). Sehingga masyarakat dapat mengimplementasikan hal yang positif selama hidupnya dan menjadi lebih baik. Tari Telek juga mengandung nilai religi, kebudayaan, keterampilan, dan pengetahuan. Nilai-nilai tersebut menyatu dalam sebuah karya seni sakral yang melambangkan harmonisasi dalam kehidupan, di mana antara gerak tari dan musik dari para penabuh haruslah benar-benar menyatu untuk menciptakan gerak tari yang indah.
Jika ingin menonton pementasan tari sakral ini, kamu bisa datang pada saat piodalan di Pura Mutering Jagat Dalem Sidakarya. Pura ini terletak di Jalan Dewata Nomor 16, Kelurahan Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan.