Indonesia memiliki keberagaman budaya dan tradisi yang begitu kaya, salah satunya adalah kebudayaan Hindu yang masih sangat kuat terutama di pulau Bali. Salah satu ekspresi seni yang sangat mendalam dalam kebudayaan Hindu Bali adalah Tari Topeng Sidakarya. Tarian ini memiliki makna mendalam dalam setiap upacara keagamaan tradisi Hindu di Bali.
Tari Topeng Sidakarya adalah sebuah seni pertunjukan tradisional yang memiliki makna mendalam dalam konteks upacara keagamaan tradisi Hindu. Tari ini berasal dari Pulau Bali dan memiliki peran penting dalam menjalankan berbagai upacara keagamaan dalam tradisi Hindu di pulau tersebut. Tujuan dari pementasan tari Topeng Sidakarya adalah untuk memohon kelancaran dalam setiap upacara di Bali.
Sejarah Tari Topeng Sidakarya berhubungan erat dengan kutukan yang disebabkan oleh seseorang yang termahsyur bernama Brahmana Keling yang diusir dan ditolak keberadaannya oleh saudaranya sendiri yaitu Dalam Waturenggong. Sakit hati dengan perlakuannya, Brahmana Kaling kemudian mengucap suatu kutukan yang isinya, “Wastu tata astu,” karya yang dilaksanakan tan sidakarya (tidak sukses), bumi kekeringan, rakyat kekeringan, sarwa gumatat-gumitit ngrubed.
Tak lama setelah hal itu, Pulau Bali dilanda oleh wabah dan berbagai bencana, menyadari akan hal tersebut Dalem Waturenggong kemudian berdoa untuk memohon petunjuk dan meminta maaf kepada Brahmana Keling, dan bersabda “Mulai saat ini dan selanjutnya, setiap umat Hindu yang melaksanakan Upacara Yadnya wajib nunas tirta penyida karya, supaya karya (Upacara Yadnya) menjadi Sidakarya”, dengan kata lain sebagai bentuk penghormatan atau pemujaan agar upacara dapat terlaksana dengan lancar.
Tari Topeng Sidakarya adalah bagian dari warisan budaya Bali yang kaya dan indah. Pertunjukan tarian ini tidak hanya menarik perhatian wisatawan, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam budaya dan agama Bali. Tarian ini menjadi salah satu cara untuk menyampaikan cerita, pesan, dan ajaran-ajaran tradisional kepada masyarakat Bali.